17. Ketika guru merancang kegiatan bermain-belajar di satuan PAUD, rujukan mana yang mereka gunakan?
Guru merujuk pada Capaian Pembelajaran (CP) untuk bermainbelajar karena sudah memadukan rujukan STPPA, standar isi, dan standar penilaian, sehingga guru dapat lebih mudah, praktis, dan semakin terarah dalam merancang kegiatan bermain-belajar. CP juga memasukkan arah kebijakan pendidikan di PAUD dengan rumusan kemampuan yang perlu dimiliki anak sebagai respons dari perubahan yang terjadi di lingkungan baik di lingkup lokal, nasional, maupun global.
18. Apakah metode Sentra tetap digunakan?
Ya, metode Sentra tetap digunakan, tetapi tidak menjadi satusatunya metode yang dilaksanakan di satuan pendidikan. Kurikulum Merdeka juga mendorong untuk melaksanakan pembelajaran berbasis projek, berbasis masalah, dan metodemetode lainnya yang utamanya mendukung anak bebas bereksplorasi.
19. Apakah
Kurikulum Merdeka mengajarkan calistung di PAUD?
Pendidikan PAUD mengenalkan kegiatan pra-membaca,
pramatematika, dan pra-menulis kepada peserta didik, sehingga tidak ada
pelarangan untuk mengajarkan calistung di PAUD. Tetapi, pendidik perlu
memperhatikan dengan baik metode pengajarannya. Arah kebijakan di PAUD adalah
penyiapan literasi dan numerasi dini, bukan hanya terbatas pada calistung.
Pengembangan literasi dan numerasi dini disesuaikan dengan kebutuhan dan minat
anak kemudian dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari dan bermakna,
bukan dengan drilling atau hanya
dengan pengisian lembar kerja.
20. Bagaimana menggunakan STPPA dan Capaian
Pembelajaran (CP)?
STPPA adalah salah satu dari standar pendidikan nasional
dalam kurikulum PAUD, setara dengan SKL di Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Capaian Pembelajaran (CP) merupakan media/alat yang dirancang
pemerintah untuk mencapai perkembangan anak yang lebih optimal dan merujuk pada
STPPA. Acuan utama untuk pembelajaran di
sekolah adalah CP. STPPA dapat digunakan satuan pendidikan sebagai referensi
tambahan dan menjadi pertimbangan saat satuan pendidikan merumuskan visi, misi,
dan profil "lulusan" dalam kurikulum operasional.
21. Bagaimana mengembangkan alur dan tujuan
pembelajaran di satuan PAUD?
Satuan PAUD dapat mengembangkan alur dan tujuan
pembelajaran berdasarkan karakteristik satuan, kebutuhan dan minat anak,
kondisi lingkungan sekitar, serta keterkaitannya dengan CP, sehingga alur dan
tujuan pembelajaran antar-tiap satuan dapat sangat berbeda. Alur di sini adalah
bagian dari elemen-elemen CP yang dikembangkan di tiap semester.
Kemendikbudristek tidak membuat contoh-contoh untuk menyusun alur pembelajaran,
melainkan contoh tujuan pembelajaran, yang dituliskan dalam buku panduan guru.
Alur pembelajaran di satuan PAUD dianjurkan sangat fleksibel untuk berganti dan
dimodifikasi agar mengakomodir kebutuhan dan minat anak (berpusat pada anak).
22. Bagaimana mengembangkan modul ajar di PAUD?
Pemerintah menyediakan contoh-contoh modul ajar yang dapat
dijadikan inspirasi untuk satuan pendidikan. Satuan pendidikan dan pendidik
dapat mengembangkan modul ajar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik,
memodifikasi, dan/atau menggunakan modul yang disediakan Pemerintah sesuai
dengan karakteristik daerah, satuan pendidik, dan peserta didik. Oleh karena
itu pendidik yang menggunakan modul ajar yang disediakan Pemerintah tidak perlu
lagi menyusun perencanaan pembelajaran/RPP/modul ajar secara keseluruhan.
23. Model-model pembelajaran apa sajakah yang
dapat dipergunakan di satuan PAUD?
Model pembelajaran yang dapat digunakan di satuan PAUD
antara lain: project, inquiry, maupun
model pembelajaran lain yang relevan digunakan selama dapat membangun
pengalaman bermain-belajar yang bermakna, kontekstual, dan sesuai dengan minat
dan kebutuhan anak.
24. Mengapa
pelajaran IPA dan IPS dijadikan satu pada jenjang SD?
Mata pelajaran IPA dan IPS digabungkan menjadi satu pada jenjang SD karena anak usia SD cenderung melihat segala sesuatu secara utuh dan terpadu. Selain itu, mereka masih dalam tahap berpikir konkret/sederhana, holistik, dan komprehensif, namun tidak detail. Penggabungan pelajaran IPA dan IPS ini diharapkan dapat memicu anak untuk dapat mengelola lingkungan alam dan sosial dalam satu kesatuan.
25. Mengapa IPAS mulai diajarkan di kelas III?
IPAS mulai diajarkan di Fase B (kelas III) untuk menguatkan
kesadaran peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya, baik dari aspek alam
maupun sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar